Tanggal 3 Oktober 2012 kemarin, se-Indonesia dihebohkan dengan errornya sistem BlackBerry Messenger. Maklum, kita ini hidup di Republik BlackBerry, dimana sebagian besar menggunakan BB sebagai alat komunikasi masing-masing, meskipun nggak semuanya. Celakanya, sekarang ini punya BB malah dijadiin kewajiban bagi sebagian besar orang.  “Hari gini nggak punya BB??”, “Aku punya BB, loe punya kagak??”,  “Kok nggak beli BB aja sih?”,  “Kalo bukan BB, bukan hape deh kayanya”.

Satu lagi pertanyaan yang paling saya benci untuk didengar, “PIN BB mu berapa? “.  Kalau saya jawab, ” Nggak punya”, ya sudah, mereka tidak akan minta alternatif lain agar bisa berkomunikasi dengan mereka yang bukan pengguna BB. Apakah PIN BB lebih penting dari nomor telpon? Saya kira tidak. Karena saat semua koneksi BB down seperti kemarin, kita masih bisa menghubungi orang tsb via telpon. Чάά kan?

Bagi saya, sangat tidak masuk akal kalo mereka bilang “BBM kan enak, bisa ngobrol, kirim foto, dll.” Bukankah dari dulu juga sudah bisa? Ada Yahoo Messenger, Skype, dan app terbaru Whatsapp, yang menurut saya bekerja dengan jauuuhhh lebih baik daripada BBM. Fungsi mereka sama. Di hape non BB pun bisa menginstal aplikasi-aplikasi tsb. Toh, saat BBM error kemarin, Whatsapp masih bisa berjalan normal.
Jadi inilah yang membuat saya heran dengan pemikiran orang Indonesia.

Whatsapp Messenger Screenshot
Skype Screenshot

 

Yahoo Messenger Screenshot

Dan dibawah Ïиï saya menuliskan beberapa alasan kenapa saya lebih memilih untuk tidak memakai BlackBerry :

  • Karena saya adalah orang yang berpikir realistis, dimana saya tidak akan membeli sesuatu dengan harga mahal sedangkan barang tersebut hanya bisa untuk mengandalkan satu fungsi saja. Dalam hal ini, hanya untuk BBM-an. Android bisa melakukan lebih banyak dari itu.
  • Karena saya adalah orang yang menghargai privasi. Dengan menggunakan Android, saya hanya perlu mematikan annoying apps, ex. chatting, by pressing “task killer”. Dan chatting or notification lain langsung off. Terutama saat diluar jam kerja dan liburan, saya pantang diganggu.
  • Karena saya adalah orang yang menghargai orang lain yang berada disekitar saya. Jadi saat saya sedang berkumpul bersama saudara atau teman saya, I’ll be there, jiwa dan raga. Bukan raganya saja yang hadir, tapi jiwa ngerumpi di BBM.  Saya pernah mendapati seseorang di supermarket, dia bukannya lebih asyik belanja bersama sang anak, tapi malah mata, pikiran, dan jiwanya tertuju pada layar BBnya. Bahkan dia tidak menghiraukan pegawai supermarket yang sudah menunjukkan lorong yang dia cari, not even a ‘thank you’.
  • Karena saya adalah orang yang menghargai waktu. Waktu tidak akan pernah kembali. Saya kadang sampai terheran-heran jika masuk di toilet umum, baik itu di mall, di bioskop, etc, dan toilet itu penuh bukan lantaran banyak yang antri, tapi lebih ke banyaknya orang menunda masuk ke bilik toilet di depannya hanya karena lagi asyik ngerumpi di BB nya masing-masing. “Can you all do it later??”, pikir saya waktu itu.  Saya jadi senang, karena saya bisa masuk ke toilet duluan dan mereka hanya bisa melongo, padahal saya bukan orang yang tidak bisa antri. Bukankah buang air lebih penting bagi kesehatan anda daripada BBMan??                            Pernah juga saya mendapati seorang pria duduk diatas sepeda motornya di area parkir sebuah mall. Bukannya keluar areal parkir, dia malah asyik BBM -an entah dengan siapa, sambil senyum-senyum sendiri. Padahal banyak yang cari tempat parkir karena saat itu sedang full.
  • Karena saya adalah orang yang gampang bosan. Saya suka mengganti tampilan homescreen saya (jumlahnya lebih dari satu!) jadi lebih personalized. Nggak sama dengan hape orang lain. Saat saya bosan dengan tampilannya, saya bisa langsung ubah sesuai keinginan saya. Dan Android bisa mewujudkannya.
Tampilan Asli Layar Hape Saya
Alternatif Tampilan Homescreen Saya

 

  • Karena saya bukan orang yang gampang kemakan gengsi. Sehingga saat teman saya bertanya, “PIN BBmu berapa?”, I will proudly say, ” I don’t have”. Bukan karena saya tidak mampu beli, tapi saya tidak mau hidup saya tergantung dan terpenjara dalam BlackBerry. Setiap waktu, ada suara ‘ting-tong’ dari BB, masih ribut berunding sama bos saat diluar jam kerja, BM yang ga penting masuk tengah malam saat kita tertidur pulas.

Buat saya, BB itu mendekatkan yang jauh ( which is good ), dan menjauhkan yang dekat ( ini yang bahaya! ). Well, that’s not a life I want. Jika saya punya BB, I can’t stop what I started. But with Android, I know when I start, and importantly, I also do know when to STOP.

So guys, bersikaplah bijaksana saat anda menggunakan gadget anda, apapun itu, BlackBerry, Android, iPhone. Anda punya kehidupan yang lebih nyata daripada sekedar aktif ber-BBM ria.

PS : Ini bukanlah post yang menghakimi pengguna BB. Saya hanya menganalisa apa yang saya lihat disekitar saya.